Nama Gampong Lueng Bata terdiri atas dua suku kata yaitu Lueng dan Bata, menurut keterangan dari nara sumber dan pelaku sejarah yang memang asli penduduk gampong Lueng Bata Bapak Sanusi Is, bahwa kata ”Lueng” bermakna saluran air, dan kata ”Bata” bermakna batu bata atau batu merah yang di cetak persegi. Kata Lueng Bata sejarahnya adalah dahulu disekitar Gudang PLN sekarang terdapat saluran air yang dindingnya terbuat dari batu bata yang disusun, saluran tersebut terkadang masih bisa ditemui pada saat masyarakat melaksanakan Gotong royong dan pembersihan. Saluran air yang ada hingga sampai kesekitar Gampong Lampeunerut dan melalui beberapa Gampong lainnya dalam kemukiman Lueng Bata, yang bermuara ke krueng Aceh, maka diberilah nama Gampong Lueng Bata. Sejarah yang lain menyebutkan bahwa pada zaman penjajahan Belanda dan masa kesultanan Aceh, Gampong Lueng Bata adalah pintu gerbang memasuki Kuta Raja, setiap kereta api yang melintasi Gampong Lueng Bata berhenti di Gampong Lueng Bata untuk melapor. Bekas rel kereta api terletak di atas badan jalan utama jalan Banda Aceh – Medan yang sekarang di beri nama Jalan Tgk. Imeum Lueng Bata. Sejarah juga telah mencatat bahwa Gampong Lueng Bata dahulu, tepatnya di Mesjid Tuha di jadikan tempat musyawarah untuk mengatur strategi perang melawan penjajahan Belanda.
Kecamatan Lueng Bata awalnya tunduk ke Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar, kemudian ke Kecamatan Baiturrahman Kota Banda Aceh, kemudian adanya pemekaran maka berubah menjadi Kecamatan Lueng Bata sampai dengan saat ini.